PICKY EATER

suka pilih-pilih makanan? and they calling you a picky eater. 
"tapi, bukan kah hidup memang pilihan?" ucap seorang influencer manca negara.
"aku mencintai diriku apa adanya, walau aku kurus dan tampak malnutrisi" kira-kira itulah yang rata-rata ia sampaikan

beberapa bulan kemudian ia mengambil operasi implantasi lemak dan jutru warganet merasa kecewa dengan sikapnya.

aku setuju dengan orang yang kontra pada konten oversexualize body menurutku itu nggak layak banget untuk diutarakan di media sosial, yang bahkan dengan tujuan love self content. 
tapi, aku ngga mau nyenggol apa-apa soal itu. bukan berarti tak peduli dengan skandal yang terlihat busuk, justru aku mau melihat dirinya dari sisi lain.

Everyone has complex story, they owned their problem, from easy to complicated problem. aku merasa jika saja pribadinya ada dalam diriku, aku punya alasan kompleks tentang nutrisi yang harusnya aku jaga. 
sebagai manusia dengan naluri hasrat memakan santapan lezat nan nikmat pastilah aku berusaha memenuhi nafsuku.

Namun, bagaimana jika diriku tak lagi berselera dengan rasa nikmatnya? bukan tak ingin, tapi rasa muak selalu ada ketika aku hendak makan. walaupun 15 menit yang lalu aku baru saja ngiler dengan mukbang seafood di beranda.

Rasa yang berupa kenikmatan sudah dicabut dari diriku bagai sebuah karma. sesak, tubuh yang gemetar menahan rasa lapar, lidah yang terasa getir menelan liur asam, dan sedikit trauma saat melihat makanan.

Diri kecil ku rindu kelezatan nikmat itu, diriku butuh dengan nutrisi.

Dan, kemungkinan besar aku baru saja mengidap malnutrisi, keadaan kritis tubuh yang meronta-ronta diberi asupan makanan sehat, tulang yang berteriak tolong pada kalsium, otot yang berdecak kencang membutuhkan bantuan protein dan zat besi, hati yang selalu memberi sinyal melalui kulit yang tidak baik baik saja.

diamku bukan berarti ingin, tapi aku lebih merasa tidak layak untuk makan sesuatu. aku merasa diriku terlalu rendah untuk diberi makanan percuma. aku tau aku harus makan semua hidangan aneh yang ada. mengapa lidah orang lain begitu gembira menelan makanan itu?

dari kala itu dapur adalah kebencianku, karena aku tidak bisa melihat kebahagiaan dari apa yang aku lakukan disana. untuk apa aku harus bekerja meracik masakan yang tak enak. untuk apa aku duduk suka rela jika bukan ketenangan yang kudapat. ucapan pedas selalu masuk kedalam kudapan yang kutelan selama bertahun-tahun. diri kecilku yang bergeming bertahan dengan masakan seadanya spek tukang kuli yang tak sekalipun menarik seorang hati anak kecil?




ini emang bullshit terbesar yang gua tulis, gua harap ngga bakal ada yang baca selain diri gua di masa depan.

see you my glorious future

Komentar

baca postingan lain juga

ARTFUL PALTERING

DAY 1 {Revolutionaly}